Copyright © Light After Darkness
Design by Dzignine
Selasa, 07 April 2015

Kisah Wedang Ronde...

Dear all,

Pernah dengear yang namanya wedang ronde ? tentu minuman tradisional yang satu ini sudah banyak orang yang pernah mencobanya, atau bahkan mungkin jadi penjualnya hehe. Saya sebenarnya jarang meminumnya, namun ketika saya di yogyakarta, ternyata lumayan sering minuman ini menjadi teman di malam hari.

Kata Wedang Ronde Berasal dari kata wedang yang merupakan bahasa jawa (artinya adalah minuman) dan Ronde yang artinya adonan yang terdiri dari campuran tepung beras dan gula merah berbentuk bulatan dan didalamnya berisi kacang yang dihancurkan. Sejarahnya Wedang ronde diketahui berasal dari Cina, dengan nama asli Tangyuan. Ronde versi china terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk menjadi bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak. Masyarakat China biasa mengonsumsi tangyuan saat festival Yuanxiao atau Festival Lampion, nikahan atau kumpul keluarga.

Wedang Ronde Indonesia menggunakan wedang air jahe panas yang disajikan bersama dengan ronde. Air jahe juga bisa menggunakan gula kelapa, diberi taburan kacang tanah goreng (tanpa kulit), potongan roti,, kolang-kaling dan sebagainya. Jenis Wedang ronde dengan komposisi seperti inilah yang saya coba di yogyakarta. Rasanya manis, hangat dan sedikit pedas. Wedang Ronde biasanya disajikan dalam mangkuk kecil dan sangat cocok dikonsumsi saat cuaca dingin atau musim penghujan. Selain nikmat rasanya, Wedang ronde juga bisa menghangatkan badan, terutama tenggorokan, dada dan perut. Wedang ronde juga sangat bagus untuk kesehatan dan meningkatkan stamina.

Saya teringat waktu itu malam hari di tengah keramaian kota Jogja,  mas AAM (teman PKPA) pertama kali mengajak saya minum wedang ronde karena sudah bosan dengan ngopi di kos. Kami berdua jalan kaki keluar gang karena tahu di pinggir jalan besar dekat gang kami ada penjual wedang ronde. Jalan K.H. Ahmad Dahlan seperti biasa selalu ramai, entah itu pagi ataupun malam hari. Saya bersyukur dapat tempat PKPA di tengah kota, jadi bisa banyak-banyak cuci mata karena dilewati akses jalan besar yang ramai menuju spot terkenal di Jogja seperti alun-alun dan Malioboro. Kami memesan 2 mangkok wdang ronde dan menikmatinya sambil duduk-duduk lesehan ngobrol ngalor ngidul.

Kami mengobrol banyak hal, mengenai masa kecil sampai hari tua serta mengingat berbagai kebanggaan yang pernah diraih dan derita masa lalu yang pernah dirasakan. Tidak lupa menganalisa perjuangan dan kesulitan saat ini, maupun menceritakan harapan dan keinginan di masa depan.  Waktu itu saya bilang "mas, kira-kira setahun lagi kita sudah bagaimana ya ? kerja dimana ? atau mungkin sudah nikah haha ?", jawab mas AAM santai "Penginnya sih sudah nikah dan kerja, tapi sekarang aja masih kayak gini...hehe" sambil nyendok wedang ronde. Yupss,, emang betul rasanya dalam kondisi kami waktu itu, rasanya masih ngawang-ngawang dan jauh sekali semua yang kami inginkan. Realitanya PKPA saja baru dimulai, ilmu untuk kerja masih tak seberapa, pengalaman masih nol dan rasanya masih begitu jauh perjalanan kami. Kami memandang dalam diam  tempat PKPA kami di seberang jalan sana, dan berfikir disanalah sebagai tempat awal perjuangan membangun karir. Disanalah semuanya akan dimulai.

Lantas ?.... apa yang terjadi setahun kemudian ?... kami sekarang sudah lulus Apoteker, Alhamdulillah kami sudah bekerja dan bahkan Mas AAM sudah menikah. well.. dinamika hidup begitu tak terduga. Jangankan satu tahun ke depan, hidup satu detik kemudian siapa yang tahu, karena semua hanya kuasa Alloh SWT. Mungkin karena pembicaraan hari itu begitu penuh harap, Tuhan mendengarnya sebagai doa yang dikabulkannya secara nyata hehe. Bulan ini Mas AAM menikah dan saya diundang untuk datang ke resepsi nikahannya. Perjalanan menuju ke tempatnya sesuatu sekali, disamping karena saya belum pernah pergi ke rumahnya, sepanjang perjalanan saya dihadang hujan lebat yang silih berganti terang. Walau begitu saya berhasil sampai ke rumahnya tanpa kondisi basah kuyup hehe. Ketika mengobrol dengan mas AAM, dia mengingatkan momen dulu, sambil tersenyum "ngga nyangka sekarang udah nikah, padahal setahun yang lalu kita masihh bingung mau ngapain ya hehe".. saya jawab "ya mas tahun lalu di bulan ini kita lulus, tapi beberapa bulan sebelumnya kita masih mempertanyakan masa depan sambil minum wedang ronde hehe".

Suatu saat jika saya kembali ke Yogyakarta, saya berharap bisa bernostalgia dengan wedang ronde disana... tentu suasana  yang sama dengan dulu tidak mungkin kembali...tentu sedikit sulit bisa bersama orang yang sama akan menikmati dengan cara yang sama, walau begitu mungkin akan ada suasana yang baru lagi. Sebenarnya ada banyak sekali memori yang dibangun di daerah tersebut yang tentu sulit untuk dilunturkan... dan kisah wedang ronde ini hanya satu dari banyak yang lainnya.

Salam hangat,, Wedang Ronde

Best regards,