Di zaman ini, sudah sangat sering kita mendengar berita tentang kriminalitas yang semakin meraja lela. Dari konflik, sampai berujung pertikaian yang berdarah. Selain itu juga banyak kerusuhan, kesulitan hidup, korupsi, serta hal lain yang tidak enak didengar yang banyak diberitakan. Sejatinya kalau kita melihat, kenyataan bahwa pelaku kriminalitas itu berasal dari orang dengan tingkat pendidikan rendah sampai ke tingkar pendidikan tinggi. Dari rakyat jelata sampai kepada pejabat pemerintah, dari miskin sampai kaya... banyak sekali yang berbuat melanggar peraturan. what's wrong happened ?
Pembentuan mental sangat berhubungan dengan pendidikan. Entah itu pendidikan dalam keluarga, lingkungan ataupun sekolah. Pendidikan mental, sopan santun bahkan sudah diajarkan dari dulu dalam berbagai bentuk nama mata pelajaran, entah itu PPKN, kewarganegaraann, pendidikan pancasila, atau yang lainnya. Pendidikan Agama juga sudah diajarkan dari tingkat kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Lantas kenapa norma-norma dari mapel itu tidak sempurna nyantel di otak dan hati para muridnya ?
Teladan... yups, itu adalah kata yang sangat penting untuk menggambarkan aspek penting dari sikap yang mampu melekatkan nilai-nilai moran dari pendidikan mental kepada yang diajarnya. Ada tokoh yang sangat terkenal karena mempunyai sikap yang mampu menularkan pendidikan mental yang baik sehingga yang diajarnya mampu mengikuti dan meneladani. Siapa dia ? Beliau adalah Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Beliau dikenal mempunyai akhlak yang baik, dan digambarkan oleh istrinya bahwa Rasulullah memiliki ahlak Al-Qur'an. Gambaran sang istri menunjukkan sikap, tutur kata, pola pikir, pola
hidup, dan perilaku Rasulullah SAW adalah bukti nyata implementasi nilai-nilai Alquran.
Beliau memposisikan diri sebagai uswatun khasanah dan mendidik orang lain dengan konsep mendidik dengan keteladanan yang baik (at-tarbiyah bi al-uswah al-hasanah). Beliau lebih suka memberikan contoh dengan perbuatan, dan tidak menyuruh sesuatu sebelum Beliau dapat melakukannya. Beliau tidak memarahi, menegur dengan bahasa tinggi, bahkan mencaci maki serta marah-marah ketika melihat umatnya ada yang berbuat menyimpang. Beliau mampu mengetahui cara menegur dengan cara yang paling baik, tanpa menghinakan dan membuat malu orang yang ditegur. Sesuatu yang jarang terjadi di jaman ini.
Pendidikan, terutama pendidikan tinggi lebih mendasarkan diri kepada pendidikan keilmuan daripada moral. Pendidikan moral lebih ditekankan kepada pendidikan saat sekolah, sedangkan saat kuliah..kebanyakan mahasiswa dianggap dewasa yang mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah sendiri. Itu menjadi tameng bagi para pengajar yang memiliki bad attitude untuk menjadi alasan "ahh yang penting kelimuan saya kan sampai, mahasiswanya jadi pinter-pinter, ipk tinggi, masalah saya mau sikap bagaimana juga ngga penting bagi mahasiswa". Sehingga kemudian muncullah dosen killer, dosen galak, dosen yang sulit ditemui, dosen jutek, dosen yang ini dan itu, yang membuat mahasiswa nya merasa tidak mendapat contoh yang baik dalam melayanai orang lain dalam dunia pendidikan. Begitu juga dengan guru, ada yang jutek, ada yang marah, suka menghukum, ini dan itu. Sepintar apapun para pengajar menyampaikan ilmunya, tetap saja..bad attitude itu akan secara tidak langsung tersampaikan juga dan ditiru muridnya.
Keteladanan merupakan cara efektif untuk diingat oleh orang lain. Sebagai gambaran seorang anak kecil memiliki sikap dan gerak-gerik seperti orang tuanya, tidak hanya karena pengaruh gen, tapi dominan dari memperhatikan sikap dan tindakan si orang tua setiap hari, jadi secara tidak langsung terekam kuat di otak si anak. Mungkin memiliki suatu khasiat dalam membentuk kepribadian dan memengaruhi perubahan sosial.
Masyarakat di era sekarang membutuhkan contoh dan teladan yang baik, rindu akan role model ideal tentang kehidupan yang penuh kedamaian. Orang-orang yang memiliki pangkat, berada di tempat terhormat, atau pemimpin-pemimpin sejatinya memiliki tanggung jawab untuk itu. Tidak hanya mampu memimpin dalam lingkup bidang keilmuannya, tapu juga attitude. Ingatlah...kebaikan tak akan membuatmu hancur, jusrtu akan membuatmu abadi dan bernilai tinggi.
Best Regards,
Pendidikan, terutama pendidikan tinggi lebih mendasarkan diri kepada pendidikan keilmuan daripada moral. Pendidikan moral lebih ditekankan kepada pendidikan saat sekolah, sedangkan saat kuliah..kebanyakan mahasiswa dianggap dewasa yang mampu memilah mana yang benar dan mana yang salah sendiri. Itu menjadi tameng bagi para pengajar yang memiliki bad attitude untuk menjadi alasan "ahh yang penting kelimuan saya kan sampai, mahasiswanya jadi pinter-pinter, ipk tinggi, masalah saya mau sikap bagaimana juga ngga penting bagi mahasiswa". Sehingga kemudian muncullah dosen killer, dosen galak, dosen yang sulit ditemui, dosen jutek, dosen yang ini dan itu, yang membuat mahasiswa nya merasa tidak mendapat contoh yang baik dalam melayanai orang lain dalam dunia pendidikan. Begitu juga dengan guru, ada yang jutek, ada yang marah, suka menghukum, ini dan itu. Sepintar apapun para pengajar menyampaikan ilmunya, tetap saja..bad attitude itu akan secara tidak langsung tersampaikan juga dan ditiru muridnya.
Keteladanan merupakan cara efektif untuk diingat oleh orang lain. Sebagai gambaran seorang anak kecil memiliki sikap dan gerak-gerik seperti orang tuanya, tidak hanya karena pengaruh gen, tapi dominan dari memperhatikan sikap dan tindakan si orang tua setiap hari, jadi secara tidak langsung terekam kuat di otak si anak. Mungkin memiliki suatu khasiat dalam membentuk kepribadian dan memengaruhi perubahan sosial.
Masyarakat di era sekarang membutuhkan contoh dan teladan yang baik, rindu akan role model ideal tentang kehidupan yang penuh kedamaian. Orang-orang yang memiliki pangkat, berada di tempat terhormat, atau pemimpin-pemimpin sejatinya memiliki tanggung jawab untuk itu. Tidak hanya mampu memimpin dalam lingkup bidang keilmuannya, tapu juga attitude. Ingatlah...kebaikan tak akan membuatmu hancur, jusrtu akan membuatmu abadi dan bernilai tinggi.
Best Regards,