Pernah merasa berbicara dengan seseorang, beberapa orang, atau banyak orang, namun lidah terasa kaku, bicara gagap, gemetar, ketakutan, sehingga kata-kata yang keluar dari mulut tidak tepat, salah pilihan kata, dan membuat lawan bicara bingung dan tidak paham ? saya kira hampir semua orang di dunia ini pernah merasa seperti itu. Beberapa orang bahkan menjadikan masalah ini sebagai big problem mereka, karena memang ketrampilan komunikasi adalah aspek yang sangat penting dalam menjalin sebuah hubungan sosial.
Berbicara mempunyai tujuan utama menyampaikan maksud dari pembicaraan kepada penerima. Sering kali ada beberapa hal yang membuat maksud itu tidak sampai karena si pembicara punya masalah dalam kontrol bicaranya. Faktor yang paling sering menyebabkan kacaunya pembicaraan adalah speed bicara. Seseorang yang berbicara terlalu cepat, cenderung akan tidak bisa dipahami bicaranya, menjadi gagap, salah ucap, dan nada bicara terputus-putus karena nafasnya tersengal-sengal. Beberapa hal yang menyebabkan kondisi ini adalah faktor ingin cepat selesai berbicara (karena takut atau grogi misalnya) atau faktor terlalu bersemangat dalam berbicara.
Berbicara pelan, santun, tapi tetap tegas, akan membuat makna komunikasi akan diterima dengan baik dan terdengar baik. Sering kita mendengar ada perintah dari orang yang berbicara dengan sopan kepada kita, yang membuat kita merasa tidak diperintah, namun kita mau untuk menurutinya. Yah...ketrampilan berbicara seperti itu bukan bakat atau modal IQ, tapi adalah sebuah kebiasaan pengendalian diri yang bisa dilatih. Terutama ketika menghadapi masalah dan momen yang berat. Ibarat pepatah, semua bisa karena biasa.
Saya paling sulit berbicara dengan ketrampilan yang baik, apalagi berbicara di depan umum. Saya pernah pimpin diskusi panel dan karena saya tidak bisa mengkomunikasikan diskusi dengan baik, saya ditegur oleh pembimbing. Sejak sekolah, saya jarang berlatih komunikasi di depan umum dalam organisasi. Tapi kesadaran saya akan pentingnya ketrampilan berkomunikasi muncul ketika saya semester 5 kuliah, dimana saya memutuskan melakukan apapun untuk bisa ambil bagian dalam proses berbicara. Dimulai dengan keberanian untuk kembali menjadi pemimpin diskusi panel, menjadi ketua kelompok praktikum, menjadi tim audiensi kampus, dan sering menjadi presentator tugas kuliah kelompok. Walaupun gagap, salah kata, grogi, masih sering dirasakan, tapi saya terus berani mencoba dan mengambil berbagai konsekuensinya, hingga saya ikut panitia acara seminar kampus sebagai penanggung jawab Perlengkapan dan sarana, yang mewajibkan saya berkomunikasi dengan banyak pihak untuk mengakomodasi acara.
Pengalaman saya dalam kepanitiaan seminar nasional tersebut, membuat saya pede untuk terus melatih ketrampilan berbicara saya. Sampai akhirnya ditunjuk jadi Kormades (Koordinator Mahasiswa tingkat desa) dan Wakormacam (Wakil Koordinator mahasiswa tingkat kecamatan) dalam KKN (kuliah Kerja Nyata). Kemudian saat kuliah profesi, jadi Penanggung jawab Humas dalam kepanitiaan seminar nasional. Saya terus belajar berbicara dengan baik, dengan nafas yang diatur, dengan pemilihan kata-kata yang baik. Saya bilang itu tidak mudah, tapi suka dukanya tetap dijalani.
Begitu lulus saya mendapatkan posisi sebagai supervisor yang memiliki kewajiban setiap pagi melakukan Morning Briefing. Saat pertama kali memimpin briefing tersebut, perasaaan takut dan gugup muncul, apalagi ketika harus mengkomunikasikan aturan-aturan perusahaan kepada karyawan yang sifatnya berlawanan dengan keinginan mereka. Subhanalloh..responnya bermacam-macam, bahkan pernah pula diprotes di saat briefing tersebut. Tapi saya tetap berusaha bertutur baik, sopan, sehingga pada akhirnya ketika saya resign, salah satu teman kantor bilang akan merindukan supervisor dengan cara bicara seperti saya hehe.
Kesimpulannya, ketrampilan berbicara bisa dilatih. Yang harus dilakukan pertama kali adalah kita harus percaya diri dalam berbicara, sehingga kita tidak perlu terburu-buru menyelesaikan pembicaran kita. Berbicaralah dengan pelan dan jelas.
Best Regards,