Bicara soal bakat.. hmmm ini merupakan mega proyek pribadi saya sebagai talent hunter. Kenapa ? karena saya masih mencari-cari bakat terbaik apa dalam diri. Saya mencoba banyak hal, dan ada yang mampu menguasai dan ada yang belum. Ada yang saya usahakan habis-habisan dan ada yang berhenti di tengah jalan. Kadang kalau melihat arti sebuah proses usaha, saya merasa usaha yang keras bisa mengalahkan talenta. Karena saya pernah mengalaminya, bisa meraih pencapaian dalam satu hal yang saya tidak pernah membayangkannya.
Mendefinisikan bakat, sekedar suka dan passion masih begitu abstrak bagi saya. Ibarat ketiganya adalah diagram venn, maka saya berada dalam irisan-irisan diantara masing-masing hal tersebut. Ketika saya menyukai sesuatu, saya tidak terpikir untuk menyebut..apakah ini passion, suka, atau bakat ? saya hanya menikmati, dan melakukan kemudian merasa senang. Termasuk ketika menulis. Kesukaan saya membaca di masa kecil, membuat imajinasi saya dalam menulis selalu luas. Saya ambil sebuah cerita, saat ada ujian mengarang, saat teman-teman satu kelas hanya mampu mengarang satu halaman folio, saya bisa nambah 2 lembar folio masih kurang. Padahal itu terjadi saat ujian bahasa indonesia, dengan waktu yang terbatas. Wawasan, imajinasi, penggunaan istilah yang sudah saya mengerti dari kegemaran membaca buku-buku saya tuangkan dalam imajinasi anak SD. Hasilnya selalu brilian...tapi tetap ada kekurangan,, tulisan saya jelek hehe. Walau begitu saya mash berasumsi... "itu adalah tulisan orang pintar,,, dokter yang pinter aja tulisannya tidak bisa dibaca" hehehe..maklum lah pendapat anak kecil yang digunakan untuk membela diri terhadap ejekan teman.
Tampaknya gen menulis saya dapatkan dari kakek yang seorang guru. Beliau sampai sekarang masih rajin membaca, menulis dan bahkan di masa mudanya menghasilkan berbagai karya tulis, jurnal maupun tulisan-tulisan lepas yang dimuat di surat kabar. Bahkan sbeagai pendidik, beliau membuat buku ajar untuk mata pelajaran. Apa itu yang disebut bakat yang menurun ? entahlah. Yang jelas karir menulis saya berhenti di SMP, karena saya benar-benar berhenti total dari membaca dan menulis. Walaupun perpustakaan jauh lebih lengkap dari SD, tapi kondisi fisik membuat saya tidak bernafsu untuk membaca-menulis. Lagian jaman saya sedang eranya playstation dengan berbagai hingar-bingar.
Kesimpulannya... apa saya berbakat menulis ? tampaknya saya mulai tidak peduli dengan bakat atau tidak..karena yang saya pedulikan adalah rasa suka. Dengan rasa suka, semua bisa diusahakan..dan dengna usaha, semua bisa menjadi yang terbaik.
Best Regards,