Bila berbicara tentang kemampuan dan kompetensi, kedua kata tersebut sekarang sudah menjadi barang wajib yang menjadi syarat dan "senjata" seseorang dalam menjalani hidup, bekerja dan berusaha. Dimanapun seseorang berada jika dianggap tidak mempunyai kedua hal itu, kemungkinan akan mendapat kesulitan untuk melakukan atau mendapat sesuatu yang diinginkan, baik itu pekerjaan ataupun prestasi. Apalagi jika seseorang diberikan tanggung jawab sebagai pemimpin, maka wajib hukumnya untuk mempunyai keduanya.
Analogi tentang arti penting kedua hal tersebut dalam kepemimpinan dicontohkan secara sederhana oleh konsep islam dalam konteks seorang imam. Disebutkan dalam hadits riwayat HR Muslim
“Yang berhak menjadi imam shalat untuk suatu kaum adalah yang paling
pandai dalam membaca al-Qur’an. Jika mereka setara dalam bacaan al-
Qur’an, (yang menjadi imam adalah) yang paling mengerti tentang sunnah
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila mereka setingkat dalam pengetahuan tentang sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,
(yang menjadi imam adalah) yang paling pertama melakukan hijrah. Jika
mereka sama dalam amalan hijrah, (yang menjadi imam adalah) yang lebih
dahulu masuk Islam.” (HR. Muslim no. 673 dari Abu Mas’ud al-Anshari radhiyallahu ‘anhu). Dalam riwayat lain ditambahkan lafal :
“Jika mereka sama dalam amalan hijrah, (yang menjadi imam adalah) yang paling tua di antara mereka.”
Jadi yang berhak menjadi Imam dalam Shalat adalah yang paling pandai membaca Al Qur'an (dari tajwid, Makhraj, dan suara yang tegas dan jelas), jika setara dipilih yang mengerti pengetahuan tentang Sunnah Rasulullah SAW, jika setara dipilih yang paling pertama melakukan Hijrah, jika sama dalam hal hijrah dipilih yang pertama masuk Islam, dan terkahir jika bersama masuk islam dipilih umur yang lebih tua.
Usia ternyata bukan merupakan kriteria utama dalam memilih seorang imam, bahkan beberapa sumber menyebutnya justru menjadi opsi terakhir seandainya opsi pertama dan opsi lain tidak ada. Opsi pertama menjadi Imam ternyata adalah adalah yang terpandai membaca Al Qur'an, yang artinya orang tersebut harus mempunyai kepandaian dan kompetensi membaca kitabullah. Konsep Islam mengajarkan bahwa memilih pemimpin, kriteria kompetensi dan kemampuan lebih utama daripada sekedar usia.
Seseorang yang berusia lanjut, meskipun memiliki pengetahuan luas tentang agama, namun jika menemui orang yang lebih muda dan memiliki kompetensi melafalkan Al Quran lebih baik maka harus mempersilahkan yang muda untuk menjadi Imam. Dia harus berlapang dada menjadi makmum, dan bukannya pergi menjauh atau membuat barisan sendiri namun ia berada di barisan terdepan di belakang Imam untuk membantu mengoreksi jika terjadi kekeliruan atau kesalahan.
Begitulah prinsip senioritas yang sebenarnya diajarkan dengan begitu indah oleh konsep islami. Senioritas bukan berarti "gue senior, loe junior dan loe harus ngormatin gue... lu anak baru tau apa" yang biasa diajarkan dalam sinetron-sinetron (yang parahnya dicontoh dengan baik pada beberapa dunia kerja). Kesenioritasan semacam itu sama sekali tidak menimbulkan kewibawaan, namun hanya akan menimbulkan ketakutan dan permusuhan yang berulang.
Kepemimpinan memiliki aspek kompetensi yang tertuang dalam berbagai aspek kecerdasan. Ada teori yang menyebutkan ada 4 aspek kecerdasan yang harus dimiliki para pemimpin, yaitu (1). Kecerdasan Intelegensi yang menunjang logika dan cara berpikir, (2). Kecerdasan Emosional yang menunjang perasaan dan mental pemimpin, (3). Kecerdasaan spiritual yang menunjang filosofi bekerja yang dihubungkan dengan Tuhan dan terakhir adalah (4). kecerdasaan Ragawi, yang menunjang tingkah laku dan tindak tanduk gerak pemimpin.
Kesimpulannya bila kita ingin menjadi pemimpin, maka lebih baik kita meningkatkan self Ability and competency, sehingga kita dengan sendirinya menjadi layak dan dipantaskan. Namun tentu saja kita harus sadar secara komprehensif, bahwa kecerdasan yang dibutuhkan pemimpin tidak hanya kecerdasaan mengenai bidang yang akan dipimpinnya saha, namun juga kecerdasan mental dan sebagainya yang menunjukan sikap yang baik dalam bekerja terhadap sesama. Jangan lupa bahwa setelah pandai membaca Al Qur'an, yang harus dipenuhi adalah kepandaian mengetahui sunnah Rasulullah SAW. Bukankah Sunnah Rasulullah SAW adalah penuh dengan kebaikan ? =)
Semoga kita bisa menjadi pemimpin yang kompeten, mampu dan baik.... Amin
Best Regards,"Dalam memilih seorang pemimpin, kriteria kemampuan dan kompetensi yang lebih utama, dibandingkan dengan usia"