Saya akan bernostalgia perjalanan ke Bandung pada awal juni. Juni adalah bulan pertama kali menjadi seorang profesional muda, dan perjalanan menjadi profesional muda itu berawal dari perjalanan ini.
Sebelumnya sebagai pengangguran tingkat pertama (pengangguran baru lulus), saya langsung hunting kerjaan dimana-mana, dari rumah sakit, klinik, industri, maupun pedagang besar farmasi. Untuk Apotek sendiri, karena organisasi profesi apoteker wilayah saya mensyaratkan tidak bisa apoteker berpraktik di apotek sebelum magang selama 1 bulan, maka saya pun juga bergegas mengurus rekomendasi magang.
Sedang sibuk-sibuknya kesana kemari minta rekomendasi magang, saya dipanggil via phone untuk datang dalam rangka interview kerja di sebuah industri farmasi di Bandung. Pulang rumah, saya kabarkan hal ini kepada orang rumah, tapi entah kenapa rasa enggan dan sungkan untuk menerima panggilan ini muncul, mengingat saya sudah berpikir maca-macam tentang kedepannya jika diterima (gaya banget udah mikir kalo diterima,, emang mesti keterima ? ). Resiko seperti jauh dari rumah, kembali menjadi anak perantauan, dan masuk kedaerah yang benar-benar asing, yaitu tanah sunda. Asing secara budaya dan sebagainya bagi saya pribadi. Meskipun daya tarik nama besar perusahaan, nama besar kota bandung, dan tantangan karir di Industri juga membuat saya kepincut.
Dengan sedikit keraguan, saya memutuskan untuk tetap berangkat sehari sebelum hari H ke kota Bandung, agar bisa persiapan fisik dan mental (berharap bisa belajar, bawa buku farmasi industri, dan catatan kuliah...(sayangnya saya jarang nyatet kalau mata kuliah ini, isinya presentasi saja *tear). Berangkat dari kota saya pagi pukul 08.00 sampai disana sekitar pukul 16.30. Hari itu tanjakan Nagreg tidak terlalu macet, namun sempat bikin deg-degan saat bis nya seperti tidak kuat nanjak dan berhenti (ngeriii gan). Masuk ke kota Bandung, seperti biasa pemandangan pegununungan yang permai terlihat dengan indahnya.
Saya sudah kontak 2 teman kampus yang sudah lebih dulu bekerja di perusahaan yang akan menginterview saya, si AF dan GO, tentang dimana saya harus turun, naik apa, berapa biayanya hehe. Berdasarkan informasi, saya harus turun di terminal Cicaheum, terminal kota Bandung. Kemudian lanjut naik bus Damri dalam kota, dan turun di Bunderan Cibeureum. Nah...saya dikasih target sama temen saya, pokoknya bis saya harus sampai di Cicaheum sebelum pukul 17.00, karena setelah jam itu biasanya Bis Damrinya habis, dan saya harus naik angkot dari Cicaheum ke Leuwipanjang, terminal besar lainnya di kota Bandung. Sedikit was-was, karena jalan menuju Cicaheum macetnya itu loh... (mikir keras, kenapa macetnya begini..setelah sekian lama hidup di Bandung baru tahu kenapa)
Alhamdulillah, bis Damrinya masih ada, dan dengan tarif hanya sekitar Rp 3.500 an, saya naik Damri melewati tengah Kota Bandung. Jadinya sedikit seperti tour wisata, karena juga melewati Gedung Merdeka, dan Alun-alun Bandung. Melewati kota Bandung itu berasa lama sekali (karena macet), untungnya banyak pemandangan dan nama-nama daerah yang menarik untuk saya perhatikan sehingga tidak bosan. Saya sempat melihat ada papan petunjuk arah, ada daerah bernama Cibiru, dan saya berpikir apakah karena daerah ini markas Persib Bandung yang memiliki kekhasan warna Biru jadi daerah ini ternispirasi namanya seperti itu ? atau memang Persib yang terinspirasi dari daerah ini ? atau bagaimana ? (dan prediksi saya salah semua haha).
Sampai di Cibeureum, saya berencana mencari hotel di kota Cimahi, sebenarnya daerah yang saya kunjungi termasuk daerah kota Cimahi, dan berada di ruas jalan Bandung-Cimahi. Setelah dapat Hotel, saya beristirahat dan berniat untuk belajar, tapi tampaknya lebih baik tidur saja. Bangun-bangun sudah menjelang subuh, dan saya disarankan untuk check out dan menuju tempat saya interview pagi-pagi, karena jalan menuju sana itu macet banget (benar adanya). Saya pun berangkat, setalah subuh dan naik angkot berkali-kali ke kompleks industri yang saya tuju. Setelah saya amati, tempat industri itu yang bernama Leuwigajah, adalah sebuah wilayah kompleks industri. Jadi ada banyak Industri, tidak hanya farmasi tapi juga yang lainnya seperti tekstil, garmen dan sebagainya. Pagi-pagi saya sudah sampai di gerbang industri itu dan membuat pak Security nya kaget karena saya sebenarnya kepagian hehe.
Untungnya Security disana ramah, dan saya diminta menunggu di pos sampai pukul 07.30 (untung saya bawa bekal sarapan, jadi aman deh ngga keroncongan). Waktu yang ditunggu tiba dan saya masuk ke kantornya dan ternyata saya menunggu lagi huhu, kali ini tidak sendiri karena saya ada seorang teman yang juga akan interview. Dia apoteker juga, dan berasal dari makassar. Saya tanya-tanya dan saya telisik, ternyata dia adalah teman s1 teman pkpa ku di PKU Muhammadiyah Yogya. Sebenarnya dia juga sedang menunggu hasil interview di sebuah perusahaan farmasi lain di Bandung, dan dia nyabang disini. Sedang boringnya menunggu, tiba tiba saya lihat ada adik angkatan saya S1 datang ke kantor tersebiut membawa surat...wah kami saling sama-sama kaget, kenapa masing-masing ada disitu. Ternyata pasca lulus S1, dia kuliah di Bandung, dan mau PKPA di industri itu. Oalahh...setelah dia pulang, kami berdua dipanggil untuk tes tertulis di lantai 2.
Tes tertulisnya berisi tes potensi akademik atau mirip-mirip tes IQ, yahh lumayan bikin otak panas dehh..tahu-tahu selesai tes sudah jam istirahat, dan kami pun dipersilahkan ISOMA, dan dibelikan nasi padang oleh kantor tersebut (wah baikknya). ISOMA selesai, saya diminta ke Unit 2, untuk interview dengan user yang akan menjadi tempat penempatan kami. Ternyata saya baru tahu saya akan ditempatkan di Unit 2, dan tempat saya tes tertulis tadi unit 1. Kemudian kami diantar oleh mobil perusahaan ke Unit 2, dan sampai disana saya diminta menunggu di lobby untuk panggilan interview. Yups, waktu interview tiba, saya dijemput seorang karyawan yang mengantar kami menuju ke ruang produksi lantai 4.
Sepanjang perjalanan, otak saya campur aduk, terutama memperhatikan lingkungan industri yang saya lewati. Dalam hati berkata, apakah saya akan bekerja di tempat ini setiap hari ? melihat fasilitas industri yang bagus-bagus, dan saya nol besar mengenai pengetahuan terhadap mesin-mesin ini, ini membuat saya pikir-pikir, ah tapi usaha dulu lah, yang penting tunjukkan yang terbaik. Saya disambut oleh manajer produksi yang bernama Pak P, dan saya yang duluan diinterview oleh beliau, teman saya sih katanya diinterview oleh supervisor senior disitu.
Sepintas dari pembicaraan awal saya dengan beliau, saya mengetahui pak manajer orang yang baik dan ramah, supel dan pintar. Saya diminta mengulas habis background saya, dan si Bapak juga mengulas background perusahaan termasuk suka-duka, salary dan fasilitas. Saya memang tidak terlalu punya target tinggi, karena memang saya fresh graduate yang minim pengalaman, jadi saya baik-baik saja terhadap uraian pak Manajer. Saya sempat ditanya, produksi itu apa, siapa supervisor produksi, bagaimana manajemen konflik, Alhamdulillah saya bisa menjawab, meskipun yang saya omongkan itu masuk logika atau tidak haha.
Interview pertama selesai, saya berlanjut ke inteview ke dua saya, dimana yang katanya menginterview saya adalah supervisor senior disana. Yang menarik adalah pak manajer saat bertanya mengenai background pendidikan saya, dan saya menyebtukan asal S1 saya, Pak P menyebut "loh berarti kamu adek angkatannya si ..... (nama supervisor senior itu) dong ? " tapi karena jarak angkatannya cukup jauh, jadi saya tidak familiar dengan orang nya. Baru setelah bertatap muka langsung, baru saya berkata dalam hati "ohh...mas ini toh". Yah begitulah, setidaknya interview berjalan dengan lebih rileks, dan saya ditanya mengenai analisa SWOT pribadi dan sedikit materi-materi kuliah.
Oke... saya kira sudah selesai interview nya, ehhh pak P malah bilang kalau saya harus diinterview oleh seseorang lagi, yang ternyata adalah plant manager. Saya lebih habis-habisan di tanya-tanya disini hehe, sampai pertanyaan sudah punya pacar atau belum >,<.... tapi sungguh dahsyat, dan entah kenapa saya merasa enjoy dan tidak tegang sedikitpun dalam proses interview ini. Pada akhirnya saya selesai pukul 16.30, dan saya segera bergegas pulang (karena katanya bis yang mau ke kota saya maksimal pukul 19.00). Jalanan begitu macet, dan saya sendiri campur aduk antara lapar, capek dan pusing di angkot dan bis Damri. Sampai di terminal Cicaheum, bis yang biasa tidak beroperasi, tapi untungnya ada bis ekonomi yang akan berangkat.. ya sudahlah daripada tidur di terminal..saya pun pulang saja di bis itu. Walaupun tanpa AC, tapi udara dingin Bandung, membuat saya tidak terasa dan tidur pulas saja... sampai di kota saya.
Sampai di rumah, saya beristirahat sambil harap-harap cemas..diterima atau tidak. Tapi saya sempat berpikir, sekalipun diterima, tidak akan saya ambil...tapi keluarga terus mendorong saya untuk menerima..dan H+2 pasca interview...saya dipanggil via phone dan memberitahukan...Selamat anda diterima...
The journey was beginning... dan saya tidak tahu akan bagaimana kondisi kedepannya,,, namun di akhir saaya banyak menemukan hal yang indah...
Best Regards,