Rasulullah SAW sebagai uswatun khasanah bagi umat manusia dan alam semesta, dilahirkan dan ditakdirkan oleh Allah SWT sebagai manusia dengan pribadi yang mulia. Ketinggian dalam ilmu, sikap dan perbuatannya membuat Beliau mencapai derajat tertinggi dibandingkan dengan manusia yang lain, melebihi derajat kewibawaan, kekayaan, dan kekuasaan para raja, ksatria atau pembesar bangsa di bumi ini. Namun satu sifat yang menunjukan kualitas dan kelayakan Beliau mendapatkan ketinggian derajat adalah sikap Tawadhu (merendah diri), padahal beliau memiliki keutamaan tanpa banding dengan manusia pada umumnya.
Rasulullah SAW, tidak suka dipuji dan disanjung secara berlebihan. Dari Umar bin Khattab, Rasulullah SAW pernah berkata "Jangan kamu sanjung aku (secara berlebihan), sebagaimana kaum Nasrani menyanjung Isa Bin Maryam secara berlebihan. Aku hanyalah hamba Allah, panggil saja aku Hamba Allah dan Rasul-Nya".
Lantas bagaimana dengan kita ? yang penuh dosa dan penuh kesalahan ini ?.... sehari-hari kita membungkus kesombongan dan riya dengan kamuflase kepercayaan diri tinggi, narsisme dan eksistensi yang berlebihan. Padahal kalau mau, Rasulullah bisa saja "show up" ke sahabat atau umatnya kalau Beliaulah yang paling pantas dihormati, tapi nyatanya Beliau seringkali hanya menyebut dirinya saya hanya anak yatim, yang buta huruf dan hanya seorang Hamba Allah, sedangkan kita ? menyebut kita dengan berbagai gelar, berbagai julukan, penuh kebanggaan...setelah mendapat rizki dunia yang numpang lewat.
Saya tidak menggurui, karena bisa jadi saya termasuk kebanyakan orang yang jauh banget dari kata Tawadhu... tapi jika kita teladani sifat Rasulullah,, selalu saja diri yang penuh dosa ini merasa malu, miris dan sedih... bagaimana tidak, seseorang yang sudah dijamin Surga untuknya saja memohon ampun dengan rendah diri sebanyak 70 kali lebih dalam sehari, sedangkan kita ? bisa jadi merasa tidak pernah ada salah dalam keseharian. Padahal yang namanya dosa ada dosa besar-kecil, dosa yang ditunjukkan-tidak ditunjukkan maupun dosa karena perbuatan disengaja atau tidak disengaja.
Sikap Tawadhu mendorong kita untuk menghindari kesombongan. Kesombongan sebesar zarrah pun tidak akan membuat kita masuk Surga. Seharusnya kita tahu, dalam kehidupan ini untuk meraih kesuksesan tidak pernah mudah. Dalam perjalanan sering kali kita merasa terbantu oleh keberuntungan, momen yang baik, dan kesempatan yang tepat. Percuma kita punya skill dan relasi yang baik jika kita tidak menemukan unpredictable moment of success itu. Lantas siapa yang membuat kita bergerak dalam usaha kita menuju kesuksesan... Dia adalah Allah SWT.
Kuasa Allah SWT dalam setiap keberhasilan kita, seharusnya membuat kita tak pantas menyombongkan diri. Hanya karena kita sedikit tahu dari orang lain, tidak lantas membuat kita serta merta menjadi mulia dan hebat. Kita harus hindari kesombongan, karena itu baik adanya...
Ya Rasululah SAW, seharusnya kami bertawadhu berkali-kali lipat dari Engkau, karena kami lebih bergelimang dosa...
Best Regards,