Dear All,
Berhentilah
membenci atau khawatir karena sikap orang lain kepada kita. Jika kita memang dicontohkan
untuk berbuat seperti itu, tentu Rasulullah hanya menghabiskan diri untuk
bersedih dan mengeluh terhadap perlakuan kaumnya yang membencinya. Namun kita
ternyata tidak dicontohkan seperti itu, dan diajarkan tetap berjalan ; tetap
menatap ke depan ; dan tetap menjalani kehidupan dengan tegar walaupun orang
lain bersikap antipati.
Satu hal yang
sering dilupakan oleh orang banyak, termasuk saya adalah, semua tindakan yang
kita lakukan pada akhirnya adalah hanyalah dalam pertanggung jawaban antara
diri sendiri dan Tuhan. Kita tidak menanggung apa yang orang lain buat, dan
mereka tidak menanggung yang apa kita buat. Jadi ketika orang lain melakukan
hal yang buruk, kenapa kita harus bersusah hati terhadap konsekuensi yang akan
mereka terima dari Tuhan ? kita kadang terlalu memikirkan konsekuensi keburukan
orang lain terhadap diri kita sendiri.
Padahal Tuhan
telah menakdirkan dan mengizinkan hal-hal yang manusia anggap “buruk” untuk
dirasakan, hanyalah sebagai pemberi kemuliaan bagi yang mau menerima pelajaran
dan bersabar. Tuhan tentu tidak akan menyiksa hambaNya dengan kepedihan-kepedihan
hidup karena Dia hanya bermaksud menyayangi umatNya dengan memberikan kebaikan
yang tersembunyi.
Jadi berhentilah
memikirkan keburukan orang lain di kantor, sekolah, masyarakat, rumah, dalam
mimpi sekalipun atau bahkan dimana saja dan kapan saja. Tetap semangat
menjalani aktivitas, karena hidup terlalu sia-sia bila hanya untuk mendengar komentar
orang lain.
Best Regards,