Hari kedua saya mengikuti ujian kompre adalah tentang ujian tema farmasi rumah sakit. Tema yang sangat luas, dan dianggap sulit serta merupakan puncaknya farmasi klinik dan komunitas. Banyak dari kami para Apoteker Muda yang stress menghadapi ujian ini, walaupun saya sendiri tidak. Mengapa ? Entah kenapa saya lebih percaya diri menghadapi ujian farmasi rumah sakit daripada Apotek. Ini semua berkat pembelajaran yang saya dapat di RS tempat saya PKPA yang saya nilai cukup lengkap dan cukup komprehensif.
Melihat jadwal, sekali lagi saya mendapat nomor urut 2 dari terakhir, tapi tidak apa-apa. Saya berusaha maksimalkan untuk belajar dan berdiskusi dengan teman di luar ruang ujian, walaupun saya tahu itu tidak banyak membantu. Saya cukup optimis, karena melihat penguji saya hari itu lumayan familiar. Penguji pertama adalah ketua IAI daerah saya yang juga dosen saya walaupun Beliau adalah praktisi (tentunya sudah kenal), sedangkan yang satunya lagi juga dosen senior yang juga dosen di kampus saya. Ketika nama saya dipanggil masuk ruang ujian, Pak dosen yang ketua IAI tersenyum sambil berkata "oalah kowe toh sing arep ujian ? (oalah kamu toh yang mau ujian -translated)".
Melihat jadwal, sekali lagi saya mendapat nomor urut 2 dari terakhir, tapi tidak apa-apa. Saya berusaha maksimalkan untuk belajar dan berdiskusi dengan teman di luar ruang ujian, walaupun saya tahu itu tidak banyak membantu. Saya cukup optimis, karena melihat penguji saya hari itu lumayan familiar. Penguji pertama adalah ketua IAI daerah saya yang juga dosen saya walaupun Beliau adalah praktisi (tentunya sudah kenal), sedangkan yang satunya lagi juga dosen senior yang juga dosen di kampus saya. Ketika nama saya dipanggil masuk ruang ujian, Pak dosen yang ketua IAI tersenyum sambil berkata "oalah kowe toh sing arep ujian ? (oalah kamu toh yang mau ujian -translated)".
Pertanyaan dari beliau berkisar tentang farmasi klinis. Pertama adalah mengenai pelayanan konseling yang dilakukan di rumah sakit tempat saya PKPA. Ditanya juga mengenai pengalaman konseling dan kasus yang dikonselingkan. Pertanyaan kedua mengenai formularium dan panitia farmasi terapi. Alhamdulillah karena saya lancar jaya jawab pertanyaan-pertanyaan ini saya cuma dikasih 2 pertanyaan ini (yess !), pertanyaan selanjutnya dari bapak dosen senior adalah tentang CSSD. Sebenarnya saya juga tidak terlalu menguasai materi ini, tapi karena saya gunakan skill komunikasi dengan bapak-bapak kasepuhan haha, maka saya malah kebanyakan diceritain dan dinasehatin layaknya nasehat kakek kepada cucu nya haha. Pokoknya saat Beliau cerita masa mudanya, saya iyakan, saya beri perhatian maksimal dan apresiasi layaknya saya mengerti dan kagum kepada kisah beliau (dan emang ternyata masa mudanya beliau emang dahsyat). Hasilnya tidak ada pertanyaan lanjutan dan saya melenggang keluar dengan perasaan lega..
Keluar dari ruang ujian, melihat saya sedikit cerah karena tidak dibantai membuat banyak orang penasaran. Baru saja saya cerita pengalaman di dalam ruang ujian, eh dari ruang sebelah ada teman yang habis dibantai, dan membuat saya tidak enak hati menceritakan apa yang terjadi. Saya rasa teman saya habis beradu argumen dengan penguji, sampai membuat penguji tersebut marah. Entahlah, memang dalam kondisi ujian seperti itu, kita harus banyak bersabar, tegas tapi tidak meninggikan diri, dan menerima tapi tidak bodoh. Kompre itu benar-benar unpredictable. Teman saya ada yang dapat satu pertanyaan yaitu tentang monitoring obat, dan yang lainnya hanya tentang menghitung dosis kemoterapi. Tapi ada juga yang kebagian rumus perencanaan obat (beruntung saya tidak dapat yang ini hehe).
Hari kedua selesai, setidaknya sesuatu yang tidak lancar seperti hari pertama tidak terulang kembali. Optimis hari ini lulus, dan bersiap untuk menghadapi kompre hari terakhir. Kompre mengenai tema yang paling absurd dan paling tidak mudengi, farmasi industri. Satu angkatan bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.
Best Regards,